Organic mind bagi Mantra
Terminologi “organik” telah masuk ke dalam otak kita sebagai sesuatu yang mangajak kita untuk kembali ke alam. Banyak negara dan budaya telah lama menganut gaya hidup organik dengan makanan organik, pertanian organik, kosmetik organik dan sebagainya. Pemikiran organik mempunyai hubungan erat dengan kesadaran lingkungan dan kesehatan.
Tetapi ada aspek-aspek lain dari berpikir organik yang harus kita pegang dan pahami. Mantra, seorang seniman kontemporer, mengekspresikan dalam koleksinya ini dua bentuk kecerdasan penting yang ditemukan di dalam kemanusiaan: Kecerdasan Alami dan Kecerdasan Bentukan. Kecerdasan Alami adalah apa yang kita lakukan dengan naluri kita, apa yang alam minta kita lakukan dan ketrampilan-ketrampilan yang alami berikan kepada kita. Mantra memberikan contoh Jimmy Hendrix sebagai sebuah elemen naluri alamiah yang luar biasa karena Hendrix tidak pernah belajar musik tetapi ketrampilan alamiahnya mampu menciptakan suara-suara gitar yang unik. Dengan kata lain, Hendrix mempunyai “pikiran organik”. Masalah budaya yang terjadi saat ini adalah bahwa kita terlalu tenggelam dalam kecerdasan bentukan yang disebarkan oleh konsumerisme dan media seperti kecanduan TV dan keharusan “mengikuti sindrom Jonses” secara materialistik. Hasil akhirnya menjadikan kemanusiaan kehilangan konsep pikiran organiknya.
Namun demikian beberapa cara kecerdasan bentukan kembali ke kecerdasan alami seperti yoga yang diciptakan oleh kemanusiaan di India sekitar 5000 tahun yang lalu sebagai bentuk olah raga dan jiwa yang membawa pikiran dan tubuh bersama di dalam kesatuan spiritual. Dengan demikian kita bisa menyatakan bahwa beberapa kecerdasan unik ada pada keduanya.
Menilik kembali naluri alami Hendrix sebagai bukan saja seorang dengan bakat melebihi pendidikan musik manapun, kesamaan antara fenomena tentangnya dan esensi yoga dibuktikan dengan koleksi Mantra tentang penjelasan pikiran organik yang visual. Kita juga harus mengingat bahwa Hendrix menderita karena dipresi manik (gangguan bipolar), suatu penyakit mental terkait fluktuasi suasana hati yang cepat dan mudah berubah, yang sering ditemukan pada seniman-seniman dan orang-orang dengan karakter kreatif. Ini terbuka untuk dialog terbuka jika pikiran organiknya tidak mampu menghadapi kecerdasan bentukan yang meluap-luap karena masyarakat di sekitarnya. Jelas bahwa pikiran-pikiran kreatif akan dimakan oleh kecerdasan bentukan ketika banyak seniman setuju dengan pernyataan ini.
Mantra membangunkan kita dengan memasukkan dedaunan pada bentuk-bentuk di dalam lukisan-lukisannya yang mengajak kita untuk melupakan ketrampilan-ketrampilan, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan organik kita. Ia menggunakan bahasa simbolnya sendiri sebagai penanda bagi kebersamaan dan dialog multibudaya.
“Pikiran Organik” akan merubah aspek-aspek kehidupan kita dalam pandangan kontroversial tentang seni.
Oleh Luki Prang
Luki memegang gelar PhD dari South East Asian Anthropology dan telah tinggal dan bekerja di Lombok, Indonesia selama 10 tahun. Ia adalah seorang warga Austraia yang lahir di Eropa dengan ibu seorang Jerman dan ayah seorang India dan telah berkelana sejak masa kanak-kanak ke berbagai budaya, seni dan tradisi.
Di Lombok ia berkonsentrasi pada perkembangan serni bagi seniman-seniman setempat berbakat dan terbuka bagi hubungan internasional.
Ditahun 2010 Luki memfasiltasi program kerelawanannya Mantra dengan DAADA, organisasi Australia untuk seniman-seniman cacat, di Perth, Autralisa Barat.